Jejak Persekusi terhadap Abangan di Lagu Tragedi Paidjo
Tulisan ini merupakan review atas lagu Tragedi Paidjo yang termuat dalam E.P (minialbum) Dongeng Indonesia. Diangkat dari kisah nyata seperti dikabarkan oleh Clifford Geertz dalam “Ritualand Social Change: A Javanese Example” (1957). Isinya buram karena menampilkan sejarah kelam peminggiran terhadap kalangan yang distigma abangan.
Ilusi Mistis Masyarakat Jawa dalam Konsepsi Keramat
Jean Francois Meuriot dalam “The Mystical Illusion of The Javanese Place: On The Threshold of Socio- cultural Interfaces” (2009) menegaskan bahwa urusan tempat keramat bagi orang Jawa tidak bisa dilihat dari kacamata mistik apalagi geografis, tetapi lebih menggambarkan ruang kognitif kelompok masyarakat dan terutama orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut. Penjelasan ilmiah atas fenomena kunjungan ke tempat keramat dihasilkan oleh proses internalisasi berkelanjutan yang didorong oleh situasi krisis, bukan akibat dari partisipasiatau koneksitas dengan hal-hal ghaib.
Fluiditas Segregasi Abangan-Putihan
Ulasan ini masih merupakan review atas The Birth of the Abangan (2006) karya M.C. Ricklefs. Pelacakan atas berbagai sumber kesejarahan diawal hingga pertengahan abad ke-19 M menggambarkan betapa cairnya segregasiabanganputihan di Jawa. Sekali lagi, ulasan ini merupakan hasil perkuliahan Peta Kajian
Islam Jawa di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) yang diampu oleh Akhol Firdaus, Direktur IJIR UIN SATU Tulungagung.
Fluiditas Abangan dan Lemahnya Antropologi Islam Jawa
M.C Ricklefs dalam The Birth of the Abangan (2006) menyebut kajian Antropologi Islam Jawa sangat lemah dalam memanfaatkan data-data kesejarahan. Hasilnya, hasil studi tidak mampu memotret fakta masyarakat Jawa secara lebih utuh. Tulisan ini merupakan hasil perkuliahan Peta Kajian Islam Jawa di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) yang diampu oleh Akhol Firdaus, Direktur IJIR […]
Fenomena Sinden Dagelan
Belakangan, para sinden tampil dengan gaya slengean layaknya seorang dagelan. Mereka tidak lagi hanya tampilanggun dan formal. Meski demikian, sejumlah peneliti melihat bahwa citra baru yang ditampilkan para sinden tersebut justru melanggaraturan konvensional. Padahal, slengean atau lawakan yang mereka
bawakan bukan hal baru di dunia pesindenan. Justru adanya lawakan itu mampu meredam sisi ‘erotis’ pada diri sinden. Sebagaimana menjadi pengetahuan umum, jika perempuan harus menghindari profesi ini karena seringkali diasosiasikan negatif