Akar Kepunahan Harimau di Jawa
Robert Wessing dalam “The Last Tiger in East Jawa: Symbolic in Ecological Change” (1995) menggambarkan kepunahan harimau Jawa disebabkan oleh perubahan pandangan kosmologis masyarakat Jawa terhadap harimau. Awalnya harimau dianggap perwujudan roh leluhur, tetapi pada masa Amangkurat ll (Era Mataram, 1677-1703), Keraton menggambarkan harimau sebagai gangguan, dan karenanya harus dimusnahkan. Kajian ini mungkin didukung secuil bukti kesejarahan, tetapi sangat tendensius karena mencuci dosa-dosa kolonialisme atas kepunahan harimau di Jawa
Transformasi Hubungan Warok-Gemblak
Hubungan antara warok dan gemblak sering diwarnai ambiguitas. Satu sisi hubungan mereka dianggap sebagai homoseksual, tetapi disisi lain disebutkan sebagai sebuah hubungan antara anak dan orang tua asuh. Ki Ageng Kutu mendirikan sebuah perguron yang berisikan muridnya dengan sebutan warok. Sebagai penganut Buddha Tantrayana, ia percaya bahwa dengan menjauhi keinginan fisik dapat mencapai kekuatan spiritual. […]
Santet: Gejala di Masyarakat dan di Kampus
Kajian ini agak provokatif. Robbert Wessing dalam ‘Rumours of Sorcery atan Indonesian University’ (1996) menyebut kepercayaan pada santet, terjadi di masyarakat juga di lingkungan Perguruan Tinggi. Universitas tempat para pemikir cerdik cendekia itu, juga mempraktikan santet untuk kepentingan jabatan. Rumornya, santet untuk mencelakakan musuh politik, tapi menurut Wessing, santet justru paling banyak digunakan untuk membentengi […]
Sinkretisme dalam Sembahyang atau Salat
Stephen C. Headley dalam “Sembah/Salat: The Javanisatiton of Islamic Prayer; The Islamisation of Javanese Prayer” (2000), melacak sinkretisasi dalam sembahyang dan salat, dan membuktikan bagaimana liturgi keagamaan ini saling membungkus dengan mistisisme Jawa. Ulasan ini merupakan hasil ‘Klinik Menulis’ yang diselenggarakan oleh Institute for Javanese Islam Research (IJIR) UIN SATU Tulungagu