Dukun Manten di Jawa

Dukun pengantin dalam tradisi pernikahan Jawa memainkan peran penting sebagai pembimbing spiritual dan penasihat dalam prosesi upacara pernikahan. Ritual ini bertujuan untuk melindungi mempelai dari energi negatif, memberikan wejangan tentang peran suami-istri, serta mempersiapkan mereka memasuki kehidupan rumah tangga.

Di masa lalu, dukun memiliki peran krusial dalam kehidupan masyarakat Jawa, terutama dalam acara penting seperti pernikahan. Dukun yang bertugas dalam pernikahan dikenal dengan nama dukun manten. Menurut Silvy Werdhani Puntowati dalam karyanya “Woman and Mediation In Indonesia: The dukun pengantin Mediator at the Javanese wedding ceremony” (1992), dukun manten tidak hanya berfungsi sebagai perantara spiritual tetapi juga sebagai penasihat dalam pernikahan.

Dalam studinya, Silvi menemukan bahwa dukun manten memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam tradisi pernikahan Jawa. Ia menuturkan, bahwa seorang dukun mempunyai peran untuk membimbing dan melindungi pengantin dari gangguan gaib saat dilaksanakannya prosesi pernikahan. Biasanya si dukun pengantin akan meminta mempelai wanita untuk menjalankan beberapa prosesi ritual guna mensucikan dirinya agar terhindar dari kejahatan makhluk gaib.

Dalam tradisi pernikahan Jawa, terdapat berbagai ritual yang bertujuan membimbing dan melindungi calon pengantin dari malapetaka. Ritual-ritual seperti siraman, midodareni, dan temu manten dipercaya sebagai wujud doa agar pernikahan menjadi langgeng serta terhindar dari segala marabahaya. Selain sebagai perwujudan doa, ritual-ritual tersebut juga menjadi sarana dukun pengantin untuk mengajarkan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga melalui simbol-simbol yang terkandung di dalamnya.

Salah satu ritual penting adalah siraman, di mana dukun pengantin memandikan calon pengantin dengan air bunga. Upacara ini melambangkan pembersihan tubuh dan pikiran sebagai persiapan memasuki fase baru dalam kehidupan rumah tangga. Harapannya, kedua mempelai mampu berpikir jernih saat menghadapi masalah kelak. Selain itu, siraman juga dianggap sebagai perlindungan bagi calon pengantin dari energi negatif yang dapat mengancam kebahagiaan mereka.

Pada malam midodareni, calon pengantin wanita dilarang tidur sore. Dalam tradisi ini, dukun pengantin memberikan wejangan tentang kewajiban dan peran seorang istri dalam rumah tangga. Selain sebagai momen pembelajaran, larangan tidur sore juga dipercaya untuk melindungi pengantin wanita dari gangguan roh jahat, mengingat saat itu ia berada dalam fase transisi menuju pernikahan.

Keesokan paginya, dukun pengantin mendampingi prosesi temu manten. Dalam upacara ini, dukun memandu serangkaian tahapan simbolis, seperti lempar suruh, injak telur, menuntun pengantin menuju pelaminan, makan bersama dengan sepiring nasi kuning, kacar kucur, hingga penghormatan kepada orang tua. Pada prosesi akhir, dukun pengantin memberikan nasihat kepada mempelai wanita tentang kewajiban sebagai seorang istri menurut ajaran Jawa. Nasihat serupa juga diberikan kepada mempelai pria oleh penasihat dari pihak laki-laki di hadapan para tamu undangan.

Karena perannya yang penting, seorang dukun pengantin harus memenuhi beberapa syarat. Ia biasanya seorang perempuan paruh baya yang telah menikah. Hal ini karena pengalaman hidupnya dalam menjalani pahit manis rumah tangga dianggap memadai untuk membimbing calon pengantin. Dengan demikian, ia diharapkan mampu memberikan bimbingan yang bijak dan membantu menciptakan pernikahan yang harmonis bagi pasangan yang dipimpinnya.

Selain itu menurut Silvi, dukun pengantin yang berusia paruh baya dan sudah menikah, diyakini sanggup menularkan kesuburannya kepada si pengantin perempuan. Dalam spiritualitas orang Jawa, wanita yang subur merupakan simbol dari keteraturan kosmis. Oleh karena itu suatu hubungan seksual antara manusia menjadi sangat penting sebagai salah satu laku spiritual untuk menciptakan harmonisasi alam semesta (Andaya, 1994). Atas alasan tersebutlah, seorang dukun mempunyai kewajiban untuk menularkan kesuburannya kepada pengantin perempuan, sebagai suatu upaya untuk menjaga keseimbangan tatanan kosmis.

Seorang dukun pengantin juga disebut sebagai tukang paes (rias). Karena ia dituntut agar menjadi ahli kecantikan yang baik, sehingga mampu merias wajah seorang wanita menjadi lebih cantik dan bercahaya. Oleh sebab itu, seorang pengantin wanita akan berusaha melibatkan dukun pengantin yang ahli, karena mereka ingin tampil cantik di hari pernikahannya.

Sebagai seorang dukun, tukang paes diyakini memiliki kekuatan spiritual guna sebagai mediator dengan makhluk gaib. Sehingga mereka mampu melindungi calon pengantin dari gangguan makhluk halus saat upacara pernikahan. Keyakinan bahwa seorang dukun memiliki kemampuan sebagai seorang mediator terikat erat dengan konsepsi kosmologis orang Jawa.

Silvi mengatakan, dalam kosmologi Jawa seorang dukun dipercaya memiliki kekuatan sebagai perantara antara dunia gaib dan dunia manusia. Dengan kesaktian tersebut, seorang dukun akan mampu menetralisir energi negatif dari makhluk gaib dan sanggup menyerap energi positif dari alam semesta untuk disalurkan kepada pengantin perempuan. Atas alasan itu, orang Jawa meyakini bahwa kemampuan yang dimiliki seorang dukun pengantin dapat melindungi calon pengantin perempuan dari balak yang disebabkan oleh makhluk gaib.

Masyarakat Jawa percaya seorang dukun bisa menjadi pusat berkumpulnya kekuatan energi positif dari alam semesta maupun gaib untuk ditransferkan kepada pengantin wanita. Kekuatan tersebut dianggap bisa melindungi calon pengantin perempuan dari musibah yang disebabkan oleh makhluk gaib saat masa transisi dari pubertas ke dewasa. Karena pada masa transisi merupakan masa peralihan yang sangat rentan adanya celah gangguan, sehingga dukun paes akan mendampingi pengantin wanita pada semua prosesi pernikahan agar tidak terserang kekuatan negatif dari hal gaib.

Profesi dan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh seorang dukun pengantin tidak sembarang orang sanggup mendapatkanya. Menurut Silvi, kekuatan dukun manten hanya dapat dua cara yaitu, dari keturunan dan laku spiritual. ia mengatakan apabila seseorang sudah ditakdirkan sebagai dukun, maka kesaktianya sudah mulai terlihat sejak dalam kandungan. Biasanya pertanda yang dapat dilihat ketika seorang anak akan menjadi dukun, dapat terlihat dari tingkah laku orang tuanya selaku spiritualis dan sering melakukan tirakat.

Selain faktor keturunan, keahlian dukun pengantin juga bisa didapatkan dengan melatih spiritualitasnya. Silvi mengatakan, apabila seseorang ingin menjadi dukun paes, ia harus belajar terlebih dahulu kepada dukun manten yang lebih tua.  Nantinya, si guru akan mengajarkan tentang laku untuk meningkatkan kekuatan spiritual dengan cara meditasi, puasa, dan pengucapan sebuah mantra. Sehingga seseorang calon dukun akan mendapat ilmu kasakten (pengetahuan tentang hal-hal gaib) dan ilmu kaweruh (pengetahuan tentang kesucian).

Saat mendampingi upacara pernikahan, dukun pengantin biasanya menerima upah sebagai bentuk penghargaan atas keahlian dan jasa pendampingan pengantin. Besaran tarif berkisar antara Rp250.000 hingga Rp1.250.000, tergantung pada layanan yang diberikan. Meskipun menerima imbalan, dukun pengantin menegaskan bahwa pekerjaannya bukan semata-mata untuk dikomersialkan. Biaya tersebut mencakup berbagai aspek, seperti pelaksanaan ritual tradisional, tata rias pengantin, hingga penyewaan gaun. Upah ini sekaligus menjadi simbol apresiasi atas sulitnya proses pembelajaran dan pelestarian tradisi yang mereka jalani.

Sayangnya, peran dukun pengantin kini semakin tergeser oleh perkembangan zaman. Menurut Silvi, salah satu penyebabnya adalah meningkatnya komersialisasi jasa rias pengantin oleh Makeup Artist (MUA). Banyak keluarga yang akhirnya memilih menggunakan jasa MUA karena semakin langkanya dukun pengantin yang tersedia. Selain itu, dukun pengantin membutuhkan waktu untuk menjalani proses tirakat sebelum melaksanakan rangkaian upacara pernikahan, sehingga tidak dapat memenuhi semua permintaan. Kondisi ini membuat tradisi dukun pengantin perlahan terpinggirkan, meskipun peran mereka sangat penting dalam menjaga nilai-nilai budaya Jawa.

Terpopuler

Harimau Jawa, Riwayatmu Kini!

Harimau Jawa (Panthera tigris sondaicus) telah lama dinyatakan punah, namun jejaknya tetap hidup...

Penyihir dan Kontrol atas Tubuh Perempuan

Perempuan sakti di beberapa budaya dicitrakan negatif dalam politik ingatan. Mereka digambarkan...

Kemerosotan Tayub

Tayub merupakan tarian Jawa yang kontroversial karena nuansa erotik dan ritual mistisnya. Melalui...

Waranggana

Waranggana merupakan simbol perempuan Jawa yang kuat dan mandiri, berperan penting dalam ekonomi dan...

Desa Proyek Kolonial?

Desa di Jawa yang kita kenal saat ini merupakan hasil proyek kolonial yang melembagakan struktur...

Integrasi Kurikulum Nasional di Pesantren

Proses Integrasi kurikulum nasional di pesantren Indonesia dan Thailand Selatan mencerminkan dua...

Ragam Messianisme Di Indonesia

Messianisme di Indonesia mencerminkan keragaman budaya dan sejarah masyarakat yang meliputi...

Bakung 1967-1968: Potret Kelam Perang Pangan

Bakung 1967-1968 menggambarkan konflik antara Orde Baru (Orba) dan PKI yang menggunakan pangan...

Dukun Manten di Jawa

Dukun pengantin dalam tradisi pernikahan Jawa memainkan peran penting sebagai pembimbing spiritual...